Sumber: Diskusi Rabuan FIS, 23 Februari 2011.
Bagaimana peran budaya dalam membudayakan pengelolaan sampah?
Enkulturasi merupakan proses pembudayaan untuk mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap dengan adat istiadat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang berlaku di komunitasnya. Bentuk awal dari enkulturasi adalah meniru berbagai macam tindakan orang lain, setelah perasaan dan nilai budaya yang member motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasikan dalam kehidupan kepribadiannya dengan berkali-kali meniru tindakannya menjadi pola yang mantap, dan norma yang mengatur tindakannya dibudayakan. Enkultutasi dapat diterapkan UNNES dalam pengelolaan sampah untuk mendukung konservasi karena berpotensi mengubah paradigma bahwa sampah kita tanggung jawab kita. Anggota komunitas menempatkan dirinya sebagai manajer hulu dalam memilah sampah yang diproduksinya. Mengubah kebiasaan membuang sampah menjadi mengelola sampah perlu upaya dan memerlukan proses (pembudayaan).
Implementasi 4 R Dalam Pengelolaan Sampah Untuk Konservasi
Konsep | Optimalisasi | Berpotensi |
Reduce | Menghematan pemakaian kertas, dll. | Perilaku hemat |
Reuse | Memanfaatkan sampah kertas: Barang kerajinan Bubur kertas (media blok, peta 3D, patung, relief diorama, dll. Memanfaatkan sampah ranting, daun, plastik, kaleng untuk hiasan dan souvenir | Budaya bersih, kreatif, menumbuhkan jiwa wira usaha |
Recycle | Mengolah sampah organik menjadi kompos, dan briket arang | Budaya bersih, kreatif, menumbuhkan jiwa wira usaha dan hemat energi dan energi terbarukan |
Recovery | Pengomposan alami berguna untuk: menambah kemampuan tanah dalam menyimpan air menciptakan lingkungan yang baik bagi kehidupan jasad renik tanah menyuburkan tanah untuk tanaman | Peduli lingkungan (konservasi). |
Sumber: Diskusi Rabuan FIS, 23 Februari 2011, Dr. Eva Banowati, M.Si.
Belum ada tanggapan untuk "TEKNOSOSIAL PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK KONSERVASI LINGKUNGAN"
Post a Comment