PIPIPS_26_2010

Perencanaan & Inovasi Pembelajaran IPS
Dosen; Prof. wasino
26 September 26, 2010 08.00-10.30 wib
Ruang D10

“Mata kuliah ini akan mencetak saudara menjadi guru-guru yang mampu melakukan pembaharuan dalam pembelajaran. Guru juga bertugas membongkar indicator pencapaian kompetensi.  Guru juga harus memiliki kecakapan dalam membaharukan metode dan model pembelajaran” (Prof. Wasino, 26 September 2010)


Kita akan mulai menganalisis kurikulum pendidikan di Indonesia. Indonesia mengalami lima kali pergantian kurikuulum. Mulai dari kurikulum 1968, kuriklum 1975, kurikulum 1994, kurikulum KBK (2004), dan kurikulum KTSP (2006).

Kurikulum 1968 berorientasi materi. Jadi pada jaman dulu, yang namanya insinyur dan professor, termasuk para pakar pendidikan, mengajar SMA.

Kurikulum 1975 berbasis tujuan. Pada saat itu ada yang namanya PPSI. PPSI itu program pengembangan sistem instruksional. Di tingkat pusat ada pusat kurikulum (puskur). Diatasnya puskur, ada balitbangdiknas. Kemudian ada juga GBPP yaitu garis besar program pembelajaran. Selanjutnya satuan pembelajaran (SP) sudah dibuatkan juga dari pusat. Ada juga yang dibuatkan dari diknas setempat dengan cara mengulkan guru-guru yang pinter. Haslnya dicetak di percetakan kemudian diberikan di kepada guru-guru di semua sekolahan. Semua sumber belajar juga dicetak dari pusat. Biasanya yang cetak sumber belajar dari balai pustaka. Biasanya berbagai produk untuk pembelajaran dibuat oleh dinas pendidikan dan kebudayaan, diteruskan ke dekdikbud provinsi, dilanjutkan kabupaten, hingga cabang dinas pendidikan dan kebudayaan cabang kecamatan. Guru ibarat dalang.

Selanjutnya kurikulum 1994. yang berubah dari teacher oriented menjadi student oriented. Di kita kemudian kita kenal dengan model CBSA. Cara belajar siswa aktif. Kurikulum ini menekankan proses. Walaupun demikian itu masih menggunakan kerikulum tepusat (centralized). Kurikulum ini tidak memperhatikan kontekstualitas. Jadi perangkat pembelajaran dibuat sama semua. Siswa di jawa, papua, aceh, guru dalam pembelajaran menggunakan model yang sama. Kurikulum ini juga dipandang menghasilkan orang-orang seperti robot. Pada kurikulum ini dikenal dengan politisasi pendidikan. Hal inidapat dilihat pada mata pelajaran searsejarah dan pancasila. Kurikulum banyak dikritik oleh para pakar, misalnya dari YB Mangunwijaya dan Tilaar, dan lain-lain.  

Kurikulum 2004
Kemudian terjadi perubahan sosial, yaitu gelombang reformasi. Gelombang reformasi ini berdampak besar pada model pembelajaran kita. Karena saat itu ada terdapat perubahan kebijakan sistem pemerintahan, dari centralized menjadi  decentralized. Otonomi daerah menjadi instrument  utama untuk mengantarkan malik fajar pada era megawati.

Kurikulum 2004 menekankan pada kompetensi siswa. Apa yang harus dimiliki? Anak-anak tertentu, pendidikan tertentu, dan maple tertentu. Jadi tidak disamakan seperti kurikulum sebelumnya. Pada kurikulum 2004 inilah terlahir standart kelulusan.

Kurikulum 2006 (KTSP)
Pada era SBY, menteri pendidikan ganti, kebijakan pendidikan pun ganti. Saat itu Bambang Soedibyo. Pada era ini lahir yang namanya BNSP, badan nasional standar pendidikan. Pada mulanya BNSP adalah lembaga non pemerintah, tetapi terkendala pendanaan, kemudian tidak netal, karena dapat dana dari puskur.

Di era KTSP inilah terjadi desentralisasi pendidikan secara besar-besaran. Kalau dulu berbagai alat pembelajaran seperti kurikulum dan lai-lainnya dibuat oleh pusat, di era KTSP diserahkan semuanya kepada satuan pendidikan. BNSP hanya memberikan delapan stradar saja. Diantaranya standar proses, standar isi, standar evaluasi, dll. Kemudian diserahkan kepada tiap-tiap sekolah yang ada. Tetapi kenyataannya KTSP tidak jauh beda dengan kurikulum sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya coontoh model (misalnya kurikulum dan RPP) yang dibuat oleh puskur. Model kemudian di launching di internet. Para pakar dari puskur juga banyak diundang di daerah-daerah. Mereka para guru lebih suka copy-paste dari pada buat sendiri.

Harusnya dengan lahirnya BNSP, lembaga seperti Puskur dan dinas pendidikan tidak lagi berguna. Karena BNSP telah memberikan guide dalam bentuk delapan standar itu. Namun ini tidak lepas dari proyek-proyek, jadi sulit.

Di NTb ada sekolah yang menggunakan kurikulum keunggulan lokal. Disana ada sekolah yang menitkberatkan pada keunggulan lokal air. Jadi semua silabus pada matapelajaran di SMA itu akan menuju kajian tentang keunggulan lokal air. Misalnya mapel sejarah, maka isinya akan membahas tentang sejarah maritim. Di PPkn juga akan demikian. Di sosiologi akan membahas tentang perubahan sosial masyarakat pesisir, petani tambak, dll. Menurut saya (prof. wasino) KTSP itu seperti demikian. Tiap-tiap sekolah harunya memilimi karakteristik keuggulan lokal.

Mhs: kenapa KTSP kok masih ada UN?
Prof. wasino: itu kan proyek dinas pendidikan. Jika tidak ada, ya gak bekerja. Menurut saya, UN syah-syah saja, tapi bukan penentu kelulusan. UN nanti hanya seperti test toefell.

Mhs: jika sma berbasis keunggulan lokal, apa bedanya SMA dengan SMK?
Prof.wasino: ya beda. Smk itu kan menitik beratkan pada vocational skill. Sedangkan sma menekankan pada academic skill. Jadi SMA itu kan untuk orientasi berfikir pada konteks. Pola dayaberfikirnya diubah. Misalnya sma dengan keunggulan lokalnya batu marmer seperti di sma yang ada di wilayah tulungagung, maka sekolah akan mengenalkan secara academic skill tentang batumarmer.

Saya pernah menjadi konsultasi di BNSP tentang konsep dasar kecakapan hidup, yang nanti ada hubungannya dengan keunggulan lokal. Menurut saya ada empat kecakapan hidup yang perlu dimiliki siswa. Yaitu kecakapan pribadi yang isinya tentang mengenal diri dan berfikir ilmiah. Kedua, kecakapan sosial. Ketiga kecakapan akademik. Dan keempat kecakapan vokasional. Untuk kecapakan satu dan dua, jika dgabung akan menjadi generic skill. Untuk kecakapan tiga dan empat jika digabung menjadi specific life skill.   Lha pada kecakapan 3 dan empat ini kemudian membedakan anatara SMK dan SMA.

Bagaimana mengembangkan kerikulum pembelajaran
Menjadi guru-guru yang mampu melakukan pembaharuan dalam pembelajan. Guru juga bertugas membongkar indicator pencapaian kompetensi.  Guru juga harus memiliki kecakapan dalam membaharukan metode dan model pembelajaran.
Untuk mengembangkan silabus, yang perlu dilakuakn guru yaitu;
-         membaca sumber belajar. Dalam hal ini adalah ilmiah. Bagaimana bisa mengembangkan silabus.
-         Guru juga harus memperhatikan perkembangan anak. Dalam hal ini disebut relevansi
-         Setiap hal yang ada disilabus harus saling terkait, atau yang disebut sistematis
-         Konsisten. Materi dan evaluasi harus match.  Bagaiamana dengan guru yang menggunakan buku ajar dari bandung dengan LKS dari Solo, bagaimana dapat match. 
-         Materi jangan berlebihan (memadai)
-         Actual dan kontekstual. Sumber belajar baru, penggunaan teknologi, dan membumi.
-         Fleksibel. Semua murid dari status sosial manapun harus dapat masuk.
-         Menyeluruh. Kognitif, efektif, dan psikomotor.

Postingan terkait:

1 Tanggapan untuk "PIPIPS_26_2010"