Oleh: Suhadi Rembang
Berikut ini liputan singkat tentang kuliah perspektif geografi tanggal 21 Mei 2011. semoga bermanfaat untuk kita semua.
Suhadi Pekalongan : Bagimana menurut pak amin, global warming ini kok terkesan yang disalahkan negara-negara dunia ketiga?
Pak Amin : begini ya, negara-negara berkembang saat ini kebanyakan punya hutan banyak, indonesia. Seringkali tragedi kebakaran hutan. Ketika hutan terbakar, kalimantan misalnya, biasanya yang kena asap itu malah di luar kalimantan. Dalam proses tragedi hutan, memproduksi gas buang. Proses interaksi global dalam menanggapi persoalan ini, biasanya dilakukan aturan tertulis. Namun tidak dipungkiri, banyak negara maju yang butuh kayu banyak. Kayu didapat dari hutan dari negara berkembang. Memang dari dulu sudah tidak adil, namun kita tidak bisa apa-apa.
Suhadi Pekalongan : adakah hubungan dengan budaya?
Pak Amin : ledakan penduduk menjadi beang kerok pemanasan global saat ini. Di cina ada tradisi punya anak laki-laki itu bangga. (di jawa juga demikian). Kalau belum punya anak laki-laki, terus buat anak terus. Ada tiga bentuk piramida pertiuumbuhan pendduduk, yaitu; piramida (negara berkembang), kotak (negara biasa), dan bolam (negara maju).
Suhadi rembang : bagaimana sikap pak amin tentang penggunaan hutan untuk produksi pendapatan nasional dan penggunaan hutan untuk lindung nasional?
Pak Amin : kalau saya ya nganut saja sama aturannya. Yang menjadi hutan lindung ya jangan di tebang. Tapi hutan produksi ya untuk ekonomi. Tapi kenyataannya, yang hutan lindung saja hutannya masih di tegor, ya kan.
Praptomuntoko : saya ingin berdebat dengan pak amin dan pak suhadi pekalongan. (berarti yang lain keluar yuk, he...)
bagaimana indikator negara berkembang (under countries/ under development) dari perspektif geografi?
Pak Amin : wah, kamu pasti tidak masuk saat saya jelaskan soal ini, ketahuan sekarang ya, he..... Ada beberapa hal yang digunakan patokan, diantaranya; pendapatan perkapita, pemanfaatn bahan mentah, perkembangan teknologi, bentuk ekonominya, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, dan termasuk tingkat fertilitas dan mortalitas. Semakin rendah nilai dari indikator di atas, maka semakin mendekati sebagai negara berkembang.
suhadi rembang : (pandangan pak amin tentang pengurangan penduduk karena bencana?)
Pak Amin : Dari pada kita urip kabeh tapi sulit di atur, ya bagaimana lagi.
Pak Edi Waluyo : bagaimana peran unnes sebagai kampus konservasi? Ada penghijauan dll. Bagaimana pendapat bapak?
Pak Amin : ok, pertanyaan yang sangat bagus sekali. Walaupun lokal, tapi ini usaha bagus. Semoga yang lain mengikuti. Jangan lagi ada penebangan pohon. Jika di unnes sekarang sudah sejuk, ini fenomena “iklim mikro”.
Pak edi waluyo : apakah kebijakan ini berlanjut?
Pak Amin : tentu saja berlanjut pak edi. Untuk kedepan, unnes akan membuka kurikulum lingkungan hidup (KLH) di Unnes ini dan membangun pusat pelayanan seperti BMKG. Saya pernah melakukan penelitian dengan menghasilkan sajian PIL sebagai tahapan awal pada amdal.
Belum ada tanggapan untuk "Diskusi dengan Pak Amin: Doktor Geografi Unnes"
Post a Comment